, ,

Bagi Nasabah BRI di Mamuju, Layar ATM Gelap di SPBU Juanda Jadi Ujian Transaksi Sehari-hari

oleh -228 Dilihat

Layar ATM BRI di Depan SPBU Juanda Mamuju Gelap, Nasabah Kesulitan Transaksi: Ujian Layanan di Ujung Jalan

Agen Berita Polewali– Bagi warga Mamuju, Sulawesi Barat, kehadiran ATM bukan sekadar kemudahan, melainkan sebuah kebutuhan vital. Dalam lanskap perbankan yang masih terus berkembang di daerah tersebut, setiap mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) memegang peranan penting. Namun, apa jadinya ketika akses terhadap layanan keuangan tersebut terhambat oleh masalah teknis yang seharusnya bisa diantisipasi?

Inilah yang tengah dialami oleh sejumlah nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang berusaha menggunakan ATM yang terletak di depan SPBU Juanda, Jalan Ir. Juanda, Kelurahan Mamunyu. Mesin ATM yang seharusnya menjadi penolong dalam urusan finansial justru berubah menjadi sumber frustrasi. Layar monitornya tampak buram, gelap, dan nyaris mustahil untuk dibaca.

Bagi Nasabah BRI di Mamuju, Layar ATM Gelap di SPBU Juanda Jadi Ujian Transaksi Sehari-hari
Bagi Nasabah BRI di Mamuju, Layar ATM Gelap di SPBU Juanda Jadi Ujian Transaksi Sehari-hari

Baca Juga: Kabupaten Mamuju Dihebohkan Lonjakan Kekerasan Anak hingga 43 Kasus di Awal 2024

“Layar monitor ATM tidak kelihatan tulisannya, gelap dan buram. Susah untuk transaksi,” keluh Pika, seorang nasabah, pada Rabu (3/8/2025). Ia menggambarkan betapa sulitnya menavigasi menu transaksi ketika pandangan hanya disambut oleh bayang-bayang huruf dan gambar pada layar.

Kondisi ini secara langsung membentuk sebuah pemandangan yang ironis: sebuah mesin yang dirancang untuk kemudahan justru terpapar dan sepi. Pika menuturkan, “Pantas tidak ada yang tarik tunai, karena layarnya tidak kelihatan tulisannya.” ATM yang seharusnya ramai dikunjungi justru dihindari, menciptakan titik mati dalam infrastruktur keuangan lokal.

Dampak Berantai: Lebih dari Sekadar Layar Gelap

Persoalan yang tampak sederhana ini memiliki dampak berantai yang tidak bisa dianggap remeh.

  1. Risiko Kesalahan Transaksi: Nasabah yang nekat menggunakan ATM dalam kondisi demikian sangat rentan melakukan kesalahan. Salah memencet nominal, salah memasukkan nomor rekening tujuan, atau bahkan salah dalam proses transfer bisa berakibat fatal. Kerugian finansial menjadi ancaman nyata.

  2. Keraguan dan Hilangnya Kepercayaan: Uang adalah urusan yang sensitif. Ketika nasabah menemui kendala seperti ini, kepercayaan mereka terhadap layanan bank bisa terkikis. Mereka mulai bertanya-tanya tentang keandalan sistem dan keseriusan bank dalam menjaga aset mereka.

  3. Inklusi Keuangan Tersendat: BRI, sebagai bank dengan jargon “Melayani dengan Setulus Hati” dan fokus pada segmen mikro dan UMKM, memiliki peran besar dalam mendorong inklusi keuangan di daerah. ATM yang rusak merupakan hambatan nyata bagi masyarakat yang ingin bertransaksi secara non-tunai atau sekadar mengambil uang.

  4. Efisiensi yang Menurun: Warga yang bermaksud mengambil uang tunai terpaksa mencari alternatif ATM lain. Hal ini berarti membuang waktu, tenaga, dan biaya transportasi tambahan, terutama mengingat keterbatasan jumlah ATM BRI di Kota Mamuju. Persoalan satu mesin pun terasa dampaknya secara signifikan.

Keterbatasan Jaringan dan Tekanan pada Layanan

Keluhan ini semakin mengemuka justru karena jumlah ATM BRI di Kota Mamuju terbatas. Setiap mesin yang ada harus beroperasi secara optimal karena menanggung beban yang besar. Ketika satu unit mengalami gangguan, tekanan langsung beralih ke unit lainnya yang mungkin jaraknya tidak strategis atau antriannya sudah panjang. Hal ini menciptakan bottleneck (kemacetan) dalam layanan yang pada akhirnya merugikan nasabah.

Harapan Nasabah: Respons Cepat dan Komunikasi yang Transparan

Nasabah seperti Pika dan lainnya tidak meminta yang muluk-muluk. Ekspektasi mereka sederhana: layanan perbankan yang andal dan responsif. Mereka berharap pihak BRI segera melakukan perbaikan agar layanan kembali berjalan optimal.

Permintaan ini sesungguhnya adalah cerminan dari standar layanan dasar yang dijanjikan setiap institusi keuangan:

  • Pemantauan Berkala: ATM adalah aset kritikal yang membutuhkan pemantauan rutin, bukan hanya ketika ada keluhan. Teknologi sudah memungkinkan pemantauan kondisi mesin secara remote.

  • Waktu Tanggap (Response Time) yang Cepat: Bank harus memiliki mekanisme dan tim teknis yang dapat merespon laporan kerusakan dengan cepat, terutama di lokasi-lokasi strategis.

  • Komunikasi Proaktif: Jika perbaikan membutuhkan waktu, tidak ada salahnya memberikan informasi kepada nasabah, misalnya dengan memasang pemberitahuan di dekat mesin ATM. Langkah kecil ini dapat mengelola ekspektasi nasabah dan menunjukkan bahwa bank peduli.

Refleksi: Layanan Perbankan di Era Digital

Kasus ATM BRI di SPBU Juanda Mamuju ini adalah potret kecil dari tantangan layanan perbankan di Indonesia, khususnya di daerah di luar pusat ekonomi. Di era yang semakin digital dan mengedepankan efisiensi, keandalan infrastruktur fisik seperti ATM tetap menjadi tulang punggung.

Institusi perbankan dituntut tidak hanya gencar membangun jaringan, tetapi juga konsisten dalam memeliharanya. Setiap mesin ATM yang mati, layar yang gelap, atau buku tabungan yang tidak bisa dicetak adalah pelemahan dari nilai-nilai inklusi keuangan yang digaungkan.

Pada akhirnya, nasabah adalah raison d’être (alasan keberadaan) dari setiap bank. Mendengarkan keluhan mereka, merespons dengan cepat, dan memastikan setiap layanan berjalan semestinya bukanlah sebuah kemewahan, melainkan sebuah kewajiban. Perbaikan pada layar ATM yang gelap di Jalan Juanda bukan hanya tentang memperbaiki sebuah monitor, tetapi tentang memulihkan kepercayaan dan memastikan bahwa layanan keuangan benar-benar accessible bagi semua, di mana pun mereka berada.

Dior

No More Posts Available.

No more pages to load.